Mengenali Penyakit Aneurisma Aorta
AORTA merupakan pembuluh darah terbesar di dalam tubuh yang mengalirkan darah dari jantung ke seluruh tubuh. Adapun darah yang dialirkan sarat berisikan zat makanan dan oksigen.Aneurisma aorta diartikan sebagai pembesaran atau pelebaran pembuluh darah arteri dengan peningkatan diameter sebesar 50 persen atau lebih dibandingkan dengan pembuluh darah normal.
Spesialis Bedah Thorax, Kardiak dan Vaskular SMC RS Telogorejo, dr Antonius Sarwono Sandi Agus, Sp.BTKV,FIHA mengatakan, pembuluh darah manusia mempunyai komponen sel elastin yang berfungsi mempertahankan ukuran pembuluh darah tetap normal. “Gangguan lapisan elastin ditandai dengan pecah atau robeknya pembuluh darah. Ini dapat terjadi akibat proses degeneratif (menua),” kata dr. Antonius. Tak jarang, proses tersebut disertai dengan peningkatan lapisan kolagen sebagai unsur utama jaringan ikat yang terletak di lapisan terluar kulit, hilangnya lapisan otot halus di lapisan media (tengah dari pembuluh darah), serta penyebaran luas sel-sel radang karena proses tubuh sendiri akibat proses degeneratif.
Secara alamiah, pembesaran pembuluh darah ini akan terus berlanjut. Selain membesar, dinding pembuluh juga semakin menipis. Ujungnya, dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah yang terjadi di hampir 94 persen semua kasus aneurisma aorta. Sehingga sering berujung fatal atau menyebabkan kematian mendadak.
Kelainan pelebaran pembuluh darah utama aorta di rongga dada, umumnya berlanjut dengan kelainan pembuluh darah utama aorta di rongga perut (aneurisma aorta abdomen) karena adanya proses atherosclerosis atau pengerasan pembuluh darah. Klasifikasi dari pelebaran pembuluh darah aorta ini dikategorikan sesuai dengan tingkat keparahan dan tindakan yang akan dilakukan untuk pengobatannya.
Proses ini terjadi karena adanya pengerasan pada dinding pembuluh darah arteri pada usia di atas 65 tahun disertai penyakit tekanan darah tinggi dan kencing manis yang memperberat atherosclerosis. Angka kejadian pada laki-laki lebih banyak daripada perempuan, dengan perbandingan 6:1.
Proses ini dapat terjadi pada umur lebih muda apabila seseorang mempunyai faktor resiko utama seperti penyakit hipertensi (tekanan darah tinggi), kencing manis, dan gangguan ginjal yang tidak terkontrol dengan terapi yang kurang optimal. Penyebab lain meliputi trauma kecelakaan, jamur, infeksi dan kelainan bawaan yang dialami seseorang (marfan).
Terus Meningkat
Di Indonesia, penyakit pada pembuluh darah aorta menunjukkan peningkatan dalam dua dasawarsa terakhir, termasuk angka kejadian penyakit aorta torakalis (dada) dan aorta abdominalis (rongga perut), terutama jenis aneurisma dan robekan aorta (diseksi).
Adapun gejala klinis dari aneurisma yang muncul yakni sebanyak 75 persen didiagnosis tanpa ada keluhan (terdiagnosis secara incidental, terdapat benjolan yang berdetak di daerah dada dan atau perut pada orang normal, sementara aorta abdominal kadang sulit diraba denyutnya, sering mengeluh nyeri perut yang kronis dengan nyeri tekan di sekitar area aneurisma tanpa gangguan aliran darah (hemodinamik).
Beberapa langkah diagnosis yang dapat dilakukan untuk mengetahui adanya aneurisma aorta antara lain screening terhadap populasi pria yang berusia di atas 60 tahun dengan USG abdominal, foto Xray toraks untuk menilai aneurisma aorta torakalis, CT scan dengan kontras dan aortografi.
Lebih lanjut dijelaskan Antonius, standar terapi konvensional dengan cara pembedahan, dilakukan operasi secara terbuka dengan mengganti pembuluh darah yang bermasalah dengan protesa/graft in-situ (bahan buatan).
Terapi dengan metode bedah diaplikasikan untuk aneurisma aorta torakalis di bagian dada secara minimal invasif (TEVAR-Thoracic Endovascular Aortic Repair). Sedangkan metode EVAR diaplikasikan untuk aorta abdominalis di bagian perut.
Dibandingkan dengan pembedahan terbuka konvensional, TEVAR/EVAR ini mempunyai keunggulan diantaranya mengurangi angka kematian dan paraplegia (kelumpuhan), mengurangi angka kejadian gagal ginjal pasca bedah, pembedahan ulang (perdarahan) serta jumlah transfusi darah dan lama rawat di RS serta dapat mengurangi angka kejadian stroke pasca bedah dan infark miokardium (kematian otot jantung).
Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Call Center 24 jam SMC RS Telogorejo di nomor telepon (024) 8646 6000, (024) 8452912, Ph. 08112791949 (Dinda)
Leave a reply →