Orang dengan Epilepsi (ODE), Adakah yang Kebal Obat?
Apa sebenarnya orang dengan epilepsi atau ODE itu? Apakah setiap orang yang mengalami serangan kejang sudah pasti ODE? Epilepsi sendiri merupakan sebuah gangguan pada sistem saraf pusat manusia yang kemudian menyebabkan terjadinya serangan kejang atau periode perilaku yang tidak biasa, sensasi, dan bahkan benar-benar kehilangan kesadaran.
Pada orang dengan epilepsi terkadang ditemukan kasus pasien yang kebal obat atau serangan tetap sering kambuh meski sudah diobati. Bagaimana hal tersebut bisa terjadi? Bersama Prof. dr. Zainal Muttaqin Ph.D, Sp.BS (K), Spesialis Bedah Saraf dan Konsultan Epilepsi SMC RS Telogorejo Semarang, mari membahas fenomena orang dengan epilepsi yang kebal obat.
Apa itu ODE?
ODE atau orang dengan epilepsi merupakan suatu istilah yang digunakan untuk menyebut pasien yang menderita kelainan pada sistem saraf pusatnya sehingga kerja otak menjadi terganggu. Menurut WHO, setidaknya terdapat 50 juta pasien epilepsi di seluruh dunia. Di Indonesia sendiri, menurut Yayasan Epilepsi Indonesia (YEI), diperkirakan ada sekitar 1,8 juta pasien epilepsi yang masih mengalami serangan dan memerlukan pengobatan.
Epilepsi bukanlah suatu penyakit yang menular. Sayangnya, di Indonesia masih banyak yang meyakini bahwa epilepsi bisa menular. Prof. Zainal menegaskan bahwa epilepsi sebenarnya tidak menular karena disebabkan oleh adanya kelainan pada otak, bukan karena virus. Jika memang menemukan orang yang menunjukkan gejala epilepsi, sebaiknya segera diperiksakan untuk mendapatkan penanganan tepat.
Haruskah ODE minum obat?
Epilepsi pada dasarnya belum ditemukan obatnya. Meski begitu, Prof. Zainal menjelaskan bahwa minum obat secara teratur adalah kunci pengendalian epilepsi. Mengonsumsi obat anti epilepsi (OAE) secara tepat akan meminimalisir terjadinya serangan kejang pada pasien. Tepat di sini berarti tiga hal, yaitu: sesuai jenis, dosis, dan kombinasi obatnya.
Agar bisa menemukan obat yang paling cocok untuk orang dengan epilepsi memang bukanlah perkara mudah. Dokter harus benar-benar mengetahui sumber pemicu kejang. Sebab, ada kecenderungan bahwa beda letak kelainan, maka beda jenis obat yang diberikan.
Agar pasien bisa segera mengetahui obat yang paling tepat untuknya, harus dilakukan pemeriksaan yang sangat teliti. Sebisa mungkin, orang tua atau orang terdekat membuat rekaman video saat ODE sedang mengalami serangan kejang. Dari situ, dokter bisa menganalisis beberapa indikator yang menunjukkan sumber kejang, Misalnya, arah lirikan mata atau sudut bibir.
Terapi dengan OAE memang efektif mengurangi risiko muncul serangan kejang pada ODE. Prof. Zainal menyebutkan bahwa sekitar 70% ODE yang minum obat sesuai anjuran dokter sudah tidak mengalami serangan atau kambuh lagi dengan satu atau dua jenis saja. Namun, 30% sisanya cenderung harus diperiksa lebih dalam untuk mengetahui jenis obat yang paling tepat.
Apakah ODE kebal obat?
Seperti yang telah disebutkan pada poin sebelumnya, sekitar 30% dari orang dengan epilepsi ternyata kebal terhadap obat.
Ada kecenderungan ODE mengalami kebal terhadap obat apabila ia mengalami kerusakan pada salah satu bagian otak samping (berupa temporal lobe epilepsy). Peluangnya sekitar 80-90% pasien merupakan ODE kebal obat jika sumber gejala berasal dari salah satu otak samping.
Pada anak-anak, epilepsi biasanya dikarenakan adanya kelainan pembentukan lapisan otak (focal cortical dysplasia). Sedangkan untuk usia remaja hingga dewasa sering kali disebabkan oleh perubahan pada bagian hipokampus otak. Tepatnya, hipokampus mengecil, tapi jaringannya justru mengeras (hippocampal sclerosis).
Apakah ODE tidak perlu minum obat setelah dioperasi?
Selain pemberian obat, tindakan yang dapat diambil sebagai penyembuhan ODE adalah operasi. Pertanyaannya, apakah ODE yang sudah dioperasi tidak perlu minum obat?
Prof. Zainal menjelaskan bahwa ODE yang sudah dioperasi tetap harus mengonsumsi obat dengan rajin. Ini karena obat pada dasarnya bertujuan untuk mengendalikan serangan kejang. Terlebih, tindakan operasi terhadap ODE bukanlah keputusan sembarangan.
Tindakan operasi hanya akan dilakukan jika sumber kejang bukanlah bagian otak yang memegang peran vital bagi tubuh. Misalnya, pusat kendali gerak tubuh atau bagian saraf yang memproses respons terhadap sentuhan. Sebab, operasi terhadap ODE merupakan tindakan yang sangat sensitif dan penuh risiko. Sebagai pengobatan, umumnya dokter akan mengusahakan pemberian obat yang tepat, baik dari segi jenis, dosis, maupun kombinasinya.
Dari sini, bisa disimpulkan bahwa orang dengan epilepsi atau ODE merupakan pasien yang mengalami gangguan pada otak sehingga berpotensi mengalami serangan kejang sewaktu-waktu.
Umumnya, tindakan yang diberikan terhadap ODE berupa pengobatan. Hanya saja, pada kenyataannya, ada ODE yang kebal obat. Jika sudah demikian, dokter bisa mengupayakan obat lain atau menimbang opsi operasi. Untuk penjelasan yang lebih rinci, Anda bisa melakukan konsultasi di Telogorejo Neuro Center RS Telogorejo Semarang. Kini, pendaftaran bisa dilakukan melalui pesan WhatsApp ke nomor 0816666340 atau hotline di nomor 024-8646 6000.