Penuaan, Hormonal, dan Reproduksi Wanita
dr. Fadjar Siswanto, Sp.OG-KFER
Spesialis Kebidanan dan Kandungan, Konsultan Infertilitas dan Bayi Tabung
Teori menurunnya kadar hormon seiring bertambahnya usia sering dikaitkan dengan keluhan akibat penuaan. Dokter spesialis kandungan dan infertilitas SMC RS Telogorejo, dr. Fadjar Siswanto, Sp.OG (K) mengemukakan bahwa kesuburan dapat berkaitan dengan penuaan.
“Tidak harus usia tua, gangguan hormonal dapat menjangkiti seseorang yang berusia lebih muda dari yang seharusnya dikarenakan adanya suatu sebab. Misalnya indung telur wanita harus diambil sebagian atau dua-duanya karena ada permasalahan, hal ini dapat menyebabkan gejala menopause dini karena hormon pada reproduksi menjadi turun drastis” papar dr. Fadjar.
Hormon adalah zat yang bergerak dalam aliran darah ke jaringan dan organ. Zat ini sangat berpengaruh bagi fungsi tubuh, sedikit saja jumlah hormon berubah maka akan mempengaruhi suatu fungsi tubuh tertentu bahkan mengganggu kesehatan.
“Organ tubuh saling berkaitan, berawal dari gangguan hormon yang dihasilkan hipotalamus di otak, gangguan akan menjalar ke hormon organ lainnya, seperti indung telur dan akhirnya menjangkit rahim sehingga akan mengacaukan menstruasi dan menjadi menopause” jelas dr. Fadjar.
Namun, lanjutnya, pasien harus diberi pengertian bahwa penuaan yang disebabkan oleh fisiologis merupakan hal yang normal dan pasti akan terjadi pada semua orang. Rata-rata orang Indonesia mengalami menopause pada usia 50 – 55 tahun. Pada usia 45 – 50 tahun, penuaan hormonal akan mulai terlihat dan pada umumnya kualitas produksi indung telur akan menurun, kulit akan tidak terawat oleh hormonnya sendiri. “Kualitas indung telur yang tidak bagus akan berdampak bagi janin jika pasangan suami istri merencanakan kehamilan di usia tersebut, selain kemungkinan gugur akan tinggi di atas 40 tahun, risiko cacat pada bayi juga akan tinggi” kata dr. Fadjar.
Tidak ada obat-obatan yang akan membuat hormon bertahan karena penuaan fisiologis merupakan hal yang alami, lanjutnya. Namun hal tersebut dapat diperlambat dengan pola hidup yang sehat, aktivitas fisik yang rutin, dan pola makan yang terjaga.
Jika mengalami gangguan hormon saat pra-menopause, dr. Fadjar menyarankan untuk permasalahan yang ada, sebagai contoh jika ada kekurangan hormon yang berkaitan dengan jantung, osteoporosis, bahkan psikologis, perlu adanya terapi hormonal khusus.
dr. Fadjar menilai, Ibu – Ibu muda yang berkonsultasi di SMC RS Telogorejo sudah mengetahui hidup sehat dengan baik, dia menjelaskan bahwa selama tidak ada keluhan dan tidak mengganggu kualitas hidup, penuaan hormonal perlu diterima dengan baik. “Sekarang ini Ibu – Ibu sudah ada yang memperhatikan diri, saat kita jelaskan, dia sudah paham. Itu yang kami harapkan” jelasnya.
dr. Fadjar mengingatkan, jika seseorang mengalami gangguan penuaan diluar fisiologis, untuk tidak menunggu hingga ke fase menopause dini karena terapi atau tindakan akan mengalami kesulitan. “Jadi jika sudah ada risiko gangguan, harus segera konsultasi dan diobati” pungkas dr. Fadjar.
Leave a reply →