logo
  • Panggilan Kedaruratan
    024 - 845 7000
  • Reservasi & Call Centre
    024 - 8646 6000
  • Hotline BPJS
    0811 - 261 - 5046
  • Humas SMC RS Telogorejo
    0811 - 2791 - 949
  • Stres dan Depresi Tingkatkan Risiko Serangan Jantung

    Stres dan Depresi Tingkatkan Risiko Serangan Jantung

    Kemajuan teknologi dan informasi serta semakin ketatnya persaingan di dunia kerja menyebabkan orang mudah terkena gangguan kejiwaan. Stres dan depresi merupakan dua jenis gangguan yang kerap menjangkiti manusia di zaman modern seperti saat ini. Tuntutan kerja yang semakin tinggi saat ini membuat orang mudah terkena stres. Meskipun sesungguhnya stres tidak selalu berimplikasi negatif.

    Di dunia kerja misalnya, stres dapat bernilai positif manakala tekanan yang diterima mampu menjadi pemicu untuk menaikkan mutu pekerjaan serta meningkatkan kepuasan yang didapatkan dari pekerjaan. Namun, jika tekanan tersebut menyebabkan perubahan yang merusak dalam diri, bahkan sampai mengancam kehidupan, saat itulah stres menjadi hal yang negatif. Sementara depresi adalah gangguan kejiwaan yang lebih berat dibandingkan stres. Kendati memiliki gejala yang hampir mirip, depresi biasanya disertai dengan perubahan suasana hati (mood), seperti perasaan sedih dan putus asa yang sangat dalam. Dibandingkan stres, depresi biasanya juga berlangsung lebih lama.

    Spesialis jantung dan pembuluh darah SMC RS Telogorejo, dr. M Yusuf Suseno Sp.JP FIHA mengatakan, stres dan depresi memiliki hubungan yang erat dengan penyakit jantung. Menurutnya, depresi meningkatkan risiko terjadinya penyakit jantung koroner antara 1,5 hingga 2 kali lipat. Bahkan, salah satu penelitian menghasilkan data yang lebih mencengangkan. Resiko kematian karena penyakit jantung meningkat hingga 3,9 kali pada penderita depresi dibandingkan yang tidak. Begitu pula dengan stres. Beberapa penelitian di jurnal American Heart Association menunjukkan bahwa stres berat yang sifatnya akut meningkatkan risiko serangan jantung.

    Pintu Serangan
    Dijelaskan dokter Yusuf, depresi menyerang jantung melalui dua pintu. Pintu pertama adalah pengaruh depresi terhadap kehidupan sosial dan kebiasaan sehari-hari. Penderita depresi biasanya mudah terjebak dalam kebiasaan merokok, dan rokok merupakan salah satu penyebab penyakit jantung koroner. Selain itu, depresi juga membuat lengah. Penderita darah tinggi yang depresi kerap malas untuk meminum obat. Sementara para penderita diabetes mellitus (diabetisi) yang depresi biasanya juga lupa mengontrol pola makan dan anjuran dokter. Sedangkan bagi penderita jantung yang depresi akan melupakan obat-obat jantung yang seharusnya diminum secara teratur.

    Pintu kedua adalah dari pengaruh depresi terhadap tubuh kita. Depresi membuat kadar hormon kortisol meningkat. Kortisol sendiri merupakan hormon yang membantu menjaga tekanan darah, fungsi kekebalan tubuh dan proses anti-inflamasi tubuh. Depresi juga mengganggu fungsi sel beku darah (trombosit). “Perpaduan antara peningkatan hormon kortisol dan gangguan fungsi sel beku darah mempercepat proses penyempitan pembuluh darah dan memicu terjadinya penyempitan pembuluh darah jantung,” papar dokter Yusuf. Lalu, bagaimana jika depresi terjadi pada penderita jantung koroner yang tak bersedia melakukan kateterisasi jantung, memasang “cincin“ (stent) untuk membuka pembuluh darah yang menyempit serta menolak pembedahan jantung untuk memperbaiki pembuluh darah yang buntu di sejumlah tempat? Berdasarkan hasil penelitian, maka risiko fatal seperti kematian mencapai 69 persen.

    Depresi, dikatakan dokter Yusuf juga menyebabkan terjadinya peningkatan reaksi radang dalam tubuh. “Ini menjadi salah satu faktor risiko terjadinya penyakit jantung koroner. Depresi juga menyebabkan terganggunya fungsi otonom tubuh,” imbuhnya. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan agar depresi dan stres tidak sampai menyerang jantung. “Merubah orientasi hidup bisa menjadi salah satu cara,” kata dokter Yusuf. Perubahan orientasi yang selama ini materialistis ke arah spiritual bisa menghindarkan kita dalam tekanan hidup. Hal lain yang dapat dilakukan adalah banyak bersyukur atas segala hal dan memilih bersikap positif menghadapi setiap persoalan yang berpotensi menimbulkan stres. “Upaya ketiga adalah mencari bantuan psikolog atau psikiater jika tingkat depresi dan stres terlalu tinggi,” pungkasnya.

    Untuk info lebih lanjut silahkan menghubungi call center 24 jam SMC RS. Telogorejo di nomer telp (024)86466000.

    Leave a reply →

Leave a reply

Cancel reply

Photostream