Mitos dan Fakta Seputar Kesehatan Tulang, Mana yang Benar?
Menjaga kesehatan tubuh adalah hal yang tidak boleh dinomorduakan oleh setiap manusia, tak terkecuali kesehatan tulang. Sebab, susunan tubuh manusia semuanya ditopang oleh tulang. Jadi, jika tulang mengalami masalah atau terserang penyakit tertentu, ini tentu membahayakan dan bisa memengaruhi aktivitas sehari-hari kita. Meski begitu, sebaiknya Anda tidak menelan semua isu negatif tentang kesehatan tulang mentah-mentah karena semuanya belum tentu benar. Berikut adalah sedikit mitos dan fakta seputar tulang yang wajib Anda cermati!
Mitos dan Fakta tentang Kesehatan Tulang
Selama ini ada banyak mitos yang beredar terkait kesehatan tulang. Maka dari itu, baca penjelasan di bawah ini agar Anda bisa membedakan mana yang termasuk mitos atau fakta!
1. Tulang butuh kandungan selain kalsium
Selama ini kita didoktrin dengan pemahaman bahwa tulang butuh kalsium untuk tumbuh kembangnya. Bahkan, ada juga yang mengatakan bahwa seseorang yang terkena osteoporosis pasti kekurangan kalsium dalam tubuhnya. Padahal, sebenarnya tulang tak hanya butuh kandungan kalsium saja, melainkan juga vitamin K, D, B, magnesium, fosfor, dan mineral potassium. Semua kandungan tersebut diperlukan oleh tulang untuk memaksimalkan tumbuh kembangnya. Jadi, pernyataan pertama ini adalah fakta.
2. Menyusui bisa meningkatkan risiko osteoporosis
Pernyataan berikutnya adalah tentang menyusui yang dapat meningkatkan risiko osteoporosis. Hal itu berkaitan dengan mitos bahwa wanita cenderung lebih riskan terkena osteoporosis daripada laki-laki. Padahal, faktanya pria juga bisa terkena osteoporosis, hanya saja dalam waktu yang lebih lambat karena struktur kepadatan tulangnya memang berbeda dibandingkan dengan wanita.
Akan tetapi, pernyataan tentang wanita yang lebih mudah terkena osteoporosis akibat hamil, menyusui, atau menopause tidak bisa sepenuhnya dibenarkan. Pria dan wanita pada dasarnya punya peluang yang sama untuk menderita osteoporosis, hanya saja berbeda pada timeline dan mungkin juga akan dipengaruhi oleh pola hidup masing-masing dari mereka.
3. Jogging bisa membahayakan tulang lutut
Beberapa orang menyebutkan bahwa olahraga lari dapat memperkuat tulang, tapi ada juga yang menganggap bahwa jogging justru berbahaya untuk tulang lutut. Jadi, mana yang benar? Olahraga yang dilakukan tanpa pemanasan dan langsung dalam intensitas tinggi tentu dapat membahayakan tulang, baik itu jogging, yoga, atau angkat beban.
Namun, jika Anda sudah menerapkan persiapan yang proper sebelumnya, risiko terkena cedera dan sebagainya tentu dapat diminimalkan. Bagi Anda yang belum terbiasa lari, cobalah jalan kaki terlebih dahulu sampai tubuh terbiasa dengan olahraga tersebut. Perhatikan juga jenis kelamit, penyakit bawaan, dan berat badan sebelum berlari.
4. Tas ransel dapat memicu kifosis
Tas ransel yang berat juga sering diasosiasikan dengan penyakit tulang. Pernyataan yang satu ini bisa dikategorikan sebagai fakta, sebab tas punggung yang terlalu berat memang membuat beban bertumpu pada tulang. Sehingga, hal ini sering kali memperburuk kesehatan tulang kita. Karena itu, sebaiknya ketahui batas maksimal penggunaan tas punggung. Jangan sampai Anda menanggung beban lebih dari 10-15% dari total berat badan, apalagi dalam jangka waktu lama.
5. Osteoporosis hanya ada pada kaum lansia
Banyak yang mengira bahwa osteoporosis adalah penyakit orang tua. Padahal, sebenarnya osteoporosis juga bisa melanda kaum muda yang usianya sekitar 20-50 tahun. Sebab, pada dasarnya pada usia 18 sampai 25 tahun, secara natural akan terjadi penurunan massa tulang. Meski begitu, bukan berarti produksi massa tulang sepenuhnya berhenti, tapi kita akan lebih banyak kehilangan massa tulang daripada yang bisa dihasilkan pada usia tersebut.
6. Tulang akan berhenti bertumbuh setelah pubertas
Anda pasti familier dengan pernyataan bahwa tulang akan berhenti tumbuh ketika seseorang melewati masa pubertas. Hal itu belum tentu benar, sebab tulang keras memang akan berhenti bertumbuh selepas seseorang melampaui masa pubertas, tapi tulang lunak masih bisa tumbuh sampai kapan pun karena sifatnya yang lebih lentur.
7. Hanya latihan angkat beban yang bisa memperkuat tulang
Mitos terakhir yang kerap beredar di kalangan masyarakat adalah latihan angkat beban dinilai sebagai satu-satunya olahraga untuk memperkuat tulang. Padahal, sebenarnya semua jenis olahraga itu baik untuk menjaga kesehatan tubuh. Hanya saja, beberapa jenis olahraga menahan beban, seperti jogging dan tenis, memang membuat tubuh bergerak melawan gravitasi sehingga memperkuat tulang. Namun, Anda tetap perlu konsultasi ke dokter terlebih dahulu sebelum mengawali program olahraga yang baru.
Dari tujuh mitos dan fakta tersebut, mana yang sudah Anda ketahui kebenarannya? Jika Anda ingin berkonsultasi lebih lanjut terkait kesehatan tulang, SMC RS Telogorejo punya dokter spesialis ortopedi yang bisa menjadi pilihan terbaik. Konsultasikan diri Anda bersama kami dengan mengisi formulir pendaftaran atau menghubungi nomor (024) 8646 6000 sebelum menjalani program olahraga yang baru!
Leave a reply →