logo
  • Panggilan Kedaruratan
    024 - 845 7000
  • Reservasi & Call Centre
    024 - 8646 6000
  • Hotline BPJS
    0811 - 261 - 5046
  • Humas SMC RS Telogorejo
    0811 - 2791 - 949
  • Dokter Fadjar: Minat Program Bayi Tabung Meningkat, Inilah Informasi Tempatnya

    Dokter Fadjar: Minat Program Bayi Tabung Meningkat, Inilah Informasi Tempatnya

    TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG — Kehadiran buah hati dalam keluarga menjadi anugerah paling dinantikan. Namun, tak semua orang mampu meraihnya meski telah menikah bertahun-tahun. Seperti sepasang suami-istri di Semarang ini, yang memilih jalan program In Vitro Fertilization (IVF), atau populer sebagai program bayi tabung.

    Sebuah usaha memperoleh kehamilan dengan cara mengambil sel telur dari calon ibu, kemudian membuahinya dengan sperma suami yang sudah disiapkan di laboratorium. Setelah ada proses pembuahan, embrio yang terbentuk dipindahkan kembali ke rahim ibu. Dengan harapan tumbuh sebagaimana layaknya pembuahan alamiah.

    Mereka memilih program IVF lantaran tak kunjung memperoleh keturunan setelah 8 tahun pernikahan. Usut punya usut, sang istri mengidap penyakit di ovarium kanan dan kiri. “Jadi kami sudah 8 tahun menikah, tapi belum dikaruniai buah hati. Kami ikuti program IVF ini dan alhamdulillah berhasil. Kami dikaruniai anak,” kata sang istri menceritakan pengalamannya dalam Seminar Awam IMF Mewujudkan Buah Hati Idaman bersama SMC RS Telogorejo Semarang, Sabtu (9/12).

    Untuk menjaga kesehatan, ia bersama suami menyempatkan waktu seminggu sekali jalan kaki sejauh 2 km. Hal itu, dilakukan selama kurang lebih 3 bulan. Tak hanya itu, sang suami juga mulai menata gaya hidup untuk keberhasilan program IVF. “Saya ngikutin apa yang istri pingin. Termasuk mengurangi rokok,” kata sang suami saat mendampingi istrinya menghadiri seminar.

    Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan, dr Fadjar Siswanto SpOG Subsp FER mengatakan, pasangan yang tak kunjung hamil setelah setahun pernikahan sebaiknya memeriksakan diri. “Bagi yang menikah setahun belum punya anak harus mulai berpikir kenapa sudah setahun belum dikaruniai anak. Ini harus mulai dipikirkan apakah harus menjalani program IVF atau tidak,” katanya sesuai mengisi seminar. Saat pemeriksaan, ia menganjurkan suami harus ikut diperiksa untuk mengetahui penyebab ketidakhamilan istri.

    “Masalah yang masih sering seharusnya diperiksa pasangan, bukan hanya istri saja. Suami juga ikut diperiksa. Kalau penyulit ringan pakai program ringan, kalau sedang ya pakai program yang sedang, tergantung tingkatnya,” terangnya. Ia memaparkan, angka prevalensi IVF skala nasional maupun internasional selalu meningkat 15 persen setiap tahunnya. Menurutnya, gaya hidup menjadi faktor teratas penyebab banyaknya penyintas IVF.

    “Faktor gaya hidup, ini presentasenya sama, di nasional dan internasional sama,” ujarnya. Ia meminta kepada setiap pasangan untuk tidak menunda pernikahan. Apalagi, sudah memasuki usia dan kondisi yang cukup mapan. “Biasnya kan ada perempuan yang sudah lulus kuliah, mau nikah tapi setelah dia punya kerja. Sudah punya pekerjaan tapi menunda karena ingin mapan dulu. Misalkan usianya sudah di 30 tahun itu kan berpengaruh. Ini harus diperhatikan juga,” sambungnya. (ags)

    Leave a reply →

Leave a reply

Cancel reply

Photostream