SIMPUL-SIMPUL EMAS SMC RS TELOGOREJO ERA 86-90an
Ketika negara kita berusia genap 41 tahun, Rumah Sakit Telogorejo dengan serta merta menyambut peringatan hari kemerdekaan itu dengan membuka berbagai pelayanan baru, satu diantaranya adalah peresmian Renal Unit. Dan, bertepatan dengan hari Kesaktian Pancasila, 1 Oktober 1986 kesemarakan kembali terjadi. Martin Runi mempersembahkan dan memperdengarkan lagu-lagu ciptaannya yang berjudul Hymne Telogorejo yang anggun bernuansa religius dan lagu Mars Telogorejo yang tegar menderap tegas.
Pada tanggal 12 Nopember 1986, RS. Telogorejo mendapatkan anugerah dari Menteri Kesehatan RI sebagai rumah sakit berpenampilan terbaik rumah rumah sakit swasta tahun 1986 strata III dalam segi pelayanan dan manajemen. Dua hari setelah tanggal 17 Agustus 1987 Rumah Sakit Telogorejo kembali mempersembahkan sebuah prestasi yang membanggakan. Pada hari itu rumah sakit ini telah mampu melakukan operasi cangkok sumsum tulang autogenic. Operasi tersebut merupakan operasi pertama di Indonesia. Selang tiga bulan kemudian, tepatnya tanggal 20 November 1987. , operasi cangkok sumsum tulang kembali digelar. Bahkan pada hari yang bersamaan digelar pula operasi yang cukup prestisius bagi dunia kedokteran gigi yaitu implantasi gigi, sebuah kemajuan teknologi kedokteran gigi yang mutakhir pada waktu itu.
Beberapa seminar, simposium dan pelatihan maupun sebangsanya mulai marak menghiasi kisah sukses rumah sakit tersebut hingga perlu ruang yang representatif untuk mewadahi kegiatan yang bermanfaat itu. Akhirnya pada tanggal 25 Nopember 1987 rumah sakit tersebut meresmikan sebuah auditorium yang cukup megah dan diresmikan oleh Bapak Dr. Narho Gunawan, Kakanwil DepKes Jateng yang bertindak mewakili Gubernur KDH Tingkat I Jawa Tengah. Bersamaan dengan acara tersebut Unit Radiologi yang representatif diresmikan pula.
Kepedulian terhadap pentingnya bantuan hidup dasar bagi masyarakat awam, mendorong rumah sakit ini pada tanggal 5 – 6 Desember 1987 untuk menyelenggarakan kursus resusitasi jantung paru bagi masyarakat awam. Respon masyarakat ternyata cukup menggembirakan, sehingga kursus tersebut akhirnya diadakan beberapa kali secara bergelombang.
Pada tahun 1988 rumah sakit tersebut selain masih menyelenggarakan kursus bantuan hidup dasar bagi awam, juga menyelenggarakan pelatihan untuk perawat ICU/CCU maupun hemodialisis untuk tingkat Jawa Tengah. Pelatihan tersebut ternyata juga mampu menyedot peminat dari berbagai penjuru Jawa Tengah. Membanjirnya calon peserta itu akhirnya pelatihan diadakan secara bergelombang, yang dimulai dari bulan Februari hingga akhir September 1988. Pada tahun yang sama, tepatnya tanggal 3 Juli 1988 rumah sakit yang terletak di jantung kota “Atlas” Semarang itu mendapat kunjungan dari dr. Adyatma MPH, Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
Bertepatan dengan hari ulang tahunnya yang ketigapuluh tujuh, rumah sakit meresmikan sebuah gedung perawatan yang bernuansa kemanusiaan sesuai falsafah yang diembannya. Gedung tersebut dinamakan Kelas Bakti, yang khusus diperuntukkan bagi penderita yang kurang mampu. Ada 12 tempat tidur yang disediakan di kelas tersebut baik untuk dewasa laki-laki, wanita maupun untuk anak. Pada tanggal yang bersamaan, tanggal 25 Nopember 1988 diresmikan pula gedung megah berlantai IV dengan luas bangunan 6800 meter persegi. Gedung baru itu dinamai dengan OPD (Out Patient Department), bangunan untuk penderita rawat jalan. Peletakan batu pertama bangunan itu dilakukan dua tahun lalu dan bertepatan dengan hari Ulang Tahun rumah sakit ke35.
Kegiatan seminar dan sebangsanya yang diselenggarakan tidak menampakkan pengendoran stamina, bahkan dari waktu ke waktu semakin menunjukkan tingkat kematangannya. Kunjungan dari pejabat baik tingkat Propinsi maupun Pusat tetap mewarnai perjalanan sejarah rumah sakit. Pada awal bulan April 1989, misalnya rumah sakit ini kedatangan Menteri Koordinasi bidang Kesra, Soepardjo Rustam dalam rangka kunjungan kerjanya.
Tanggal 11 Juni 1989, rumah sakit mendatangkan peralatan medik yang canggih untuk ukuran saat itu. Alat yang dimaksud adalah ESWL (Extracorporeal Short Wave Lithotrypsi), sebuah mesin penghancur batu ginjal. Tidak lebih dari satu bulan sejak kedatangannya, alat tersebut sudah dioperasikan. Dan akhirnya pada tanggal 22 Juli 1989 penggunaan ESWL diresmikan penggunaannya oleh dokter M. Hariadi, Kakanwil Depkes RI Jateng.
Menjelang tutup tahun 1989, rumah sakit tersebut seakan-akan berhasrat ingin menyempurnakan cerita suksesnya, yakni dengan menambah jumlah simpul emas sejarahnya dengan meresmikan beberapa unit pelayanan sekaligus. Terdapat tujuh unit yang diresmikan secara “bebarengan”, yakni : (1) Unit Infertilitas Bayi Tabung, (2) Unit Mammography, (3) Unit Sclerosing Terapi dan Endoscopy Reprograde Cholangio Pancreatography, (4) Unit Laboratorium Gigi, (5) Unit Diagnostik dan Terapi Mata, (6) Unit Diagnostik dan Terapi THT, (7) Unit USG Transvaginal, Transrectal dan Biopsi.
Di Indonesia waktu itu, instalasi kesehatan yang memiliki unit “Bayi Tabung” baru ada di tiga rumah sakit. Dua diantaranya berada di lingkup rumah sakit pemerintah, yang berada di kota Metropolitan Jakarta. Sehingga dapat dikatakan bahwa unit Infertilitas Bayi Tabung yang Rumah Sakit Telogorejo, yang diresmikan oleh Gubernur KDH Tingkat I Jawa Tengah Bapak HM. Ismail itu merupakan satu-satunya unit bayi tabung yang dimiliki dan diselenggarakan di rumah sakit swasta di Indonesia.
Tahun 1990 mungkin bisa dikatakan sebagai tahun kunjungan sebab pada tahun itu rumah sakit Telogorejo banyak menerima kunjungan dari berbagai rumah sakit dan beberapa pejabat. Selain itu Rumah Sakit Telogorejo juga melakukan kunjungan ke rumah sakit mancanegara, seperti Mount Elizabeth Hospital, General Hospital, Gleneagles Hospital di Singapore dan National University Hospital di Kuala Lumpur Malaysia pengembangan unit Onkology. Kunjungan dari rumah sakit lain datang dari RSAB Harapan Kita dengan Tim Bayi Tabungnya, RS Harapan Kita untuk menjajagi kerjasama dalam bedah jantung. Sedangkan kunjungan dari pejabat pemerintah, dapat dicatat disini antara lain Menteri Sosial Prof. Dr. Haryati Soebadio (24 Agustus), Menko Polkam Dr. Sudomo dan Dir. Yan. Med DepKes RI Dr. Broto Wasisto MPH tanggal 15 Desember 1990 dalam rangka kunjungan kerja dan sekaligus. meresmikan beberapa unit, diantaranya unit. Onkologi, Radioterapi dan beberapa pejabat lainnya.
Pada tahun itu, beberapa seminar dan diskusi ilmiah banyak digelar, bahkan diantaranya menghadirkan pakar dari luar negeri untuk ikut meramaikan acara tersebut. Para pakar tersebut antara lain Prof. Dr. Ng. Soon Chye dari National University Hospital Singapore yang membincangkan masalah bayi tabung, Profesor PA Voue dari Universitas Amsterdam, President of the International Society of Pediatric Oncology yang mengulas tentang cangkok sumsum tulang.
Reputasi di bidang pendidikan keperawatan kembali terjadi, pada tanggal 14 Juli 1990 Rumah Sakit Telogorejo meresmikan Akademi Perawatan Telogorejo. Domisili akademi itu berada di Jalan Menteri Soepeno No. 35 Semarang. Peresmian Akademi Perawatan tersebut dilakukan oleh Kakanwil Depkes RI Wilayah Jateng, Bapak Dr. M. Hariadi. Dengan dibukanya akademi tersebut, maka Sekolah Perawat Kesehatan tersebut secara otomatis tidak lagi menerima siswa baru.
Leave a reply →