logo
  • Panggilan Kedaruratan
    024 - 845 7000
  • Reservasi & Call Centre
    024 - 8646 6000
  • Hotline BPJS
    0811 - 261 - 5046
  • Humas SMC RS Telogorejo
    0811 - 2791 - 949
  • Waspada Gangguan Non Motorik Parkinson

    Waspada Gangguan Non Motorik Parkinson

    Parkinson’s disease (PD) merupakan penyakit degeneratif pada sistem saraf (neurodegenerative) yang bersifat progresif, ditandai dengan ketidakteraturan pergerakan (movement disorder), tremor pada saat istirahat, kesulitan pada saat memulai pergerakan, dan kekakuan otot. Secara umum PD terjadi karena penurunan kadar dopamin akibat kematian neuron di pars kompakta substansia nigra sebesar 40 %– 50 % yang disertai adanya inklusi sitoplasmik eosinofilik (Lewy bodies). Menurut Prof. Dr. Amien Husnie, Sp.S (K),PAK,K.MSc yang merupakan Dokter Spesialis Syaraf SMC RS Telogorejo Semarang, Parkinson bukan penyakit yang mematikan. Namun, pasien yang telah didiagnosa positif mengidap parkinson jika tidak segera mendapatkan penanganan medis dalam rentang waktu antara 17-19 tahun akan berakibat fatal.

    Sampai saat ini yang bisa dilakukan oleh dunia kedokteran adalah mengurangi gejala-gejala supaya tidak timbul. Penyakit ini sifatnya progresif dan tidak bisa sembuh. Hal yang bisa dilakukan oleh medis diantaranya menghilangkan tremor, kekakuan dan mimik wajah bisa lebih dinamis. Pengobatan yang dilakukan sejauh ini hanya untuk memperbaiki gejala-gejala klinis tadi. Pada tahap awal, penyakit ini tidak mengganggu kemampuan kognitif, melainkan kemampuan motorik.

    Prof. Dr. Amien Husnie mengamati bahwa saat ini terjadi kenaikan jumlah pasien Parkinson di Semarang, “Namun perlu diketahui, peningkatan tersebut bisa disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya pengetahuan masyarakat yang bertambah bisa juga karena kemampuan masyarakat untuk berobat semakin tinggi. Jaman dulu orang tua mengalami gemetar dianggap hal yang biasa. Namun saat ini seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan informasi, masyarakat menilai hal itu tidak biasa dan akhirnya mereka berobat”. Ucapnya.

    Prevalensi penyakit ini meningkat sejalan dengan bertambahnya usia. Mengenai sekitar 1%-2% di atas 60 tahun dan lebih dari 4% di atas usia 80 tahun. Di Indonesia insiden PD diperkirakan sepuluh orang setiap tahunnya dan estimasi sementara terdapat sekitar 200 ribu hingga 400 ribu penderita dimana laki-laki lebih banyak terkena dibandingkan wanita (3:2). Namun, ada beberapa kasus penyakit ini menyerang kepada pasien yang jauh lebih muda dan masih di usia produktif.

    Ada beberapa skala penilaian untuk mengevaluasi adanya disfungsi motorik pada pasien PD. Skala menurut Hoehn dan Yahr merupakan skala penilaian yang paling sering digunakan untuk menggambarkan progresifitas penyakit. Adapun gejala klinik yang sering timbul pada PD berdasarkan skala ini diantaranya bradikinesia (kelambanan), tremor saat istirahat (rest tremor), rigiditas (rigidity) yang ditandai dengan adanya peningkatan tahanan otot dan hilang pergerakan (freezing).

    Ada sejumlah gejala non motorik yang harus diwaspadai. Saat ini masyarakat terlalu terfokus pada gejala-gejala motorik. Padahal ada gangguan non motorik yang patut diwaspadai. “Dalam beberapa kasus, gejala non motorik ini terjadi mendahului dari gejala motorik seperti gangguan tidur (insomnia), sembelit, keringat berlebihan, air ludah berlebihan, gangguan sfingter terutama inkontinensia dan hipotensi ortostatik hingga gangguan seksual. Dalam beberapa kasus gejala non motorik yang lainnya seperti depresi, lambat menanggapi rangsangan hingga berkurangnya atau hilangnya kepekaan indra penciuman (microsmia atau anosmia)”. Kata Prof. Dr. Amien Husnie.

    WASPADAI-GANGGUAN-MOTORIK-768x540

    Pasien yang positif menderita PD, seumur hidup harus mengonsumsi obat dan dilakukan penyesuaian dosis setiap waktu tertentu. Obat yang selama ini dianggap sebagai “golden drug” yaitu levodopa. Sialnya pemberian levodopa dalam jangka panjang menimbulkan efek samping, salah satunya fenomena on off. Pemberian obat kepada penderita PD sangat individual dan simtomatik, tergantung kondisi pasien. Obat diberikan saat pasien merasa aktivitasnya terganggu. Sampai saat ini pun tidak ada upaya yang bisa dilakukan untuk pencegahan penyakit parkinson.

    Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Call Center 24 jam SMC RS Telogorejo di nomor telepon (024) 8646 6000, (024) 8452912, Ph. 08112791949 (Dinda)

    Leave a reply →

  • Posted by zidane on April 11, 2021, 9:46 pm

    terima kasih penjelasannya sangat membantu

    Reply →

Leave a reply

Cancel reply

Photostream